expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumaat, 5 April 2019

Menata hati #sabar_itu_indah


*بسم الله🐝📿*

*Menata Hati*
*Oleh Ust. Dadi Hardiansyah*

_Tidak perlu ke jazirah Arab untuk mencari kelembutan pesona_

_Tidak perlu ke negri Eropa untuk mencari keindahan permata_
_Tidak perlu ke negri Afrika untuk mencari keanehan nuansa_

 _Ada tempat yang sangat dekat, dekat sekali untuk diraba dan dirasa,. dia adalah hati._

_Ada kelembutan yang bisa kita dapatkan di dalamnya bahkan lebih lembut dari kapas dan sutra halus._
_Jika kita bisa menemukannya maka haluslah akhlaq dan perangainya._

_Ada keindahan yang bisa kita rasakan disana lebih indah daripada menatap permata._
_Jika kita bisa menemukannya, maka tentramlah kita dibuatnya._

_Ada keanehan yang masih bisa kita ungkap disana lebih aneh daripada nuansa alam._
_Jika kita kita bisa menemukannya, maka bersyukurlah kita dibuatnya._

_Selamat beraktifitas, dan ukirlah hari ini dengan penuh kedamaian dan pesona._

*Semoga yang sedang diuji oleh Allah menemukan hikmah-hikmah dibalik itu semua dan diberi kesabaran hingga merasakan manisnya iman*

Khamis, 4 April 2019

Apakah itu penyakit Ain??


***1.Apakah Ain Bisa Melalui Foto?***
****2.Menjaga Anak dari Bahaya ‘Ain***
***3.****Penyakit ‘Ain Melalui Foto dan Video***
======
(Maaf Kutipan yang Panjang)

Tiga Judul Di atas Sangat Berguna Untuk Kita , Silahkan Baca Sampai Tuntas Semoga Allah Ta’alaa Memberkahi Waktu Kita Semua Aamiin.

(Admin)
========

1***Apakah Ain Bisa Melalui Foto?***

Ummu Sa'id

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Penyakit ‘ain merupakan hal yang nyata adanya, baik berdasarkan dalil syariat maupun realita di masyarakat. Orang jawa mengenalnya sawanen. Dalil syariat yang menunjukkan adanya ain adalah firman Allah

‎وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ

”Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata:

“Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”. (QS. Al-Qalam: 51)

Makna “menggelincirkan kamu dengan pandangan” adalah ain. Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, karena itu bagian dari realita.
Kemudian dalil lainnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‎العَيْنُ حَقٌّ
“Ain itu benar adanya” (HR. Bukhari 5740)

Bisa Melalui Gambar
Terkena ain tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga terjadi dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang disampaikan kepadanya. Termasuk dengan melihat foto atau gambar korban ain tersebut.

Ibnul Qoyim rahimahullah mengatakan,

‎ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية

”Jiwa orang yang menjadi penyebab ain bisa menimbulkan ain, tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, lalu jiwanya bisa menimbulkan ain, meskipun dia tidak melihat sesuatu itu. Dan ada banyak penyebab ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ain, hanya dengan cerita tanpa melihat langsung.” (Zadul Ma’ad, 4/149)

Setelah membawakan keterangan Ibnul Qooyim di atas, dalam Fatwa Islam dinyatakan,

‎وبهذا يتبين أن العائن قد ينظر إلى صورة الشخص في الحقيقة أو في التلفاز ، وقد يسمع أوصافه فيصيبه بعينه ، نسأل الله السلامة والعافية

“Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa penyebab ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ain. Kita memohon keselamatan kepada Allah.”

Kemudian beliau mengingatkan,

‎وننبه إلى أن بعض الناس يستسلم للوساوس والهواجس ، ويظن أنه سيصاب بالعين كلما رزق نعمة ، أو جاءه خير ، وهذا من الضعف والعجز ، فإن المؤمن لديه من الأسلحة ما يتحصن بها من شر العين والحسد والسحر ، فعليه أن يتوكل على ربه ، ويعتصم به ، ويداوم على الذكر الواقي من تلك الشرور

”Kami ingatkan, sebagian orang telah menjadi korban was-was dan bisikan. Dia selalu dihantui dengan perasaan seolah terkena ain ketika mendapat rizki atau mendapat kabar baik. Semacam ini termasuk kelemahan mental. Karena setiap mukmin memiliki senjata yang bisa dia gunakan untuk melindungi dari ain, hasan dan sihir. Karena itu, selayaknya dia bertawakkal kepada Allah, memohon perllindungan kepadanya, dan merutinkan dzikir sebagai benteng dari semua kejahatan tersebut.”

(Fatwa Islam, no. 122272)
Allahu a’lam
***

Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits

=======
=======
2***Menjaga Anak dari Bahaya ‘Ain***

Ummu Ziyad March

Penulis: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.
Kenikmatan adalah hal yang didambakan setiap orang. Dan setiap kenikmatan juga dapat sekaligus menjadi ujian bagi seseorang. Salah satu kenikmatan yang dikaruniakan oleh Allah bagi sepasang insan adalah hadirnya sang buah hati dalam kehidupan. Ketika telah lahir, maka fisiknya yang lucu mengundang orang untuk memandang, memanjakan, menyentuhnya. Dan ketika tumbuh beranjak menjadi sosok kanak-kanak, tetap tingkah lakunya banyak mengundang perhatian orang.
Dengan sebab ini, maka perlulah kita ketahui sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap yang memiliki kenikmatan pasti ada yang iri (dengki).” (Shahihul Jami’ 223. Lihat majalah Al Furqon). Perlu menjadi perhatian bagi orang tua bahwa dalam syari’at Islam telah dijelaskan adanya bahaya ‘ain (pandangan mata) terutama bagi anak-anak. Pandangan mata yang berbahaya ini dapat muncul dengan sebab kedengkian orang yang memandang atau karena kekaguman.
Bahaya ‘Ain
Ibnu Qoyyim rohimahullah dalam kitab Tafsir Surat Muawwadzatain berkata, “Bahaya dari pandangan mata dapat terjadi ketika seseorang yang berhadapan langsung dengan sasarannya. Sasaran tukang pandang terkadang bisa mengenai sesuatu yang tidak patut didengki, seperti benda, hewan, tanaman, dan harta. Dan terkadang pandangan matanya dapat mengenai sasaran hanya dengan pandangan yang tajam dan pandangan kekaguman.” Pengaruh dari bahaya pandangan mata pun hampir mengenai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman-Nya,
‎وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Qur’an dan mereka mengatakan ‘Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar gila.” (Al Qalam [68]: 51)
Terdapat pula hadits dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‎العين حقُُّ ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya.” (HR. Muslim)
Subhanallah, lihatlah bagaimana bahaya ‘ain telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah. Dan terdapat pula contoh-contoh pengaruh buruk ‘ain yang terjadi pada masa sahabat. Salah satunya adalah yang terjadi ada Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain bukan karena rasa dengki namun karena rasa takjub. Sebagaimana dalam hadits,
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif menyebutkan bahwa Amir bin Rabi’ah pernah melihat Sahl bin Hunaif mandi lalu berkatalah Amir, “Demi Allah, Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan sebagus ini.” Berkata Abu Umamamh, “Maka terpelantinglah Sahl.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata, “Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah untuknya!” Maksudnya Nabi menyuruh Amir berwudhu kemudian diambil bekas air wudhunya untuk disiramkan kepada Sahl dan ini adalah salah satu cara pengobatan orang yang tertimpa ‘ain bila diketahui pelaku ‘ain tersebut (*). Maka Amir mandi dengan menggunakan satu wadah air. Dia mencuci wajah, kedua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung kakinya dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.” (HR. Malik dalam al Muwaththa 2/938, Ibnu Majah 3509, dishahihkan oleh Ibnu Hibban 1424. sanadnya shahih, para perawinya terpercaya, lihat Zaadul Ma’ad tahqiq Syu’aib al Arnauth dan Abdul Qadir al Arnauth 4/150 cet tahun 1424 H. Lihat majalah Al Furqon).
(*) Kata mandi yang ada di sini maksudnya adalah berwudhu sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam kitab Al Muwattho. Wallahu a’lam.
Tanda-Tanda Terkena ‘Ain
Tanda-tanda anak yang terkena ‘ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, atau kondisi tubuh sang anak kurus kering dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya.
Sebagaimana dalam hadits dari Amrah dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata, “Pada suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumah. Tiba-tiba beliau mendengar anak kecil menangis, lalu Beliau berkata,
‎ما لِصبيِّكم هذا يبكي قهلاََ استرقيتم له من العين
“Kenapa anak kecilmu ini menangis? Tidakkah kamu mencari orang yang bisa mengobati dia dari penyakit ‘ain?” (HR. Ahmad, Baqi Musnadil Anshar. 33304).
Begitu pula hadits Jabir radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Asma’ binti Umais, “Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma menjawab, “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘ain”. Beliau berkata, “Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR. Muslim, Ahmad dan Baihaqi)
Berlindung dari Bahaya ‘Ain
Sesungguhnya syari’at Islam adalah sempurna. Setiap hal yang mendatangkan bahaya bagi umatnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentu telah menjelaskan tentang perkara tersebut dan cara-cara mengantisipasinya. Begitu pula dengan bahaya ‘ain ini.
1. Bagi Seseorang yang Memungkinkan Memberi Pengaruh ‘Ain
Berdasarkan hadits Abu Umamah di atas maka hendaknya seseorang yang mengagumi sesuatu dari saudaranya maka yang baik adalah mendoakan keberkahan baginya. Dan berdasarkan surat Al Kahfi ayat 39, maka ketika takjub akan sesuatu kita juga dapat mengucapkan doa:
‎مَا شَآءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إلاَّ بِا للهِ
Artinya:
“Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud.”
2. Bagi yang Memungkinkan Terkena ‘Ain
Sesungguhnya ‘ain terjadi karena ada pandangan. Maka hendaknya orang tua tidak berlebihan dalam membanggakan anaknya karena dapat menimbulkan dengki ataupun kekaguman pada yang mendengar dan kemudian memandang sang anak. Adapun jika memang kenikmatan itu adalah sesuatu yang memang telah nampak baik dari kepintaran sang anak, fisiknya yang masya Allah, maka hendaknya orang tua mendoakan dengan doa-doa, dzikir dan ta’awudz yang telah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah surat muawadzatain (surat Annas dan al-Falaq). Ada pula do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:
‎أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانِِ وَ هَامَّةِِ وَ مِنْ كُلِّ عَيْنِِ لامَّةِِ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.” (HR. Bukhari dalam kitab Ahaditsul Anbiya’: 3120)
Atau dengan doa,
‎أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَِ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.” (HR. Muslim 6818).
Kemudian, terdapat pula do’a yang dibacakan oleh malaikat Jibril alaihissalam ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat gangguan setan, yaitu:
‎بِسْمِ اللهِ أرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءِِ يُؤْذِيْكََ مِن شَرِّ كُلِّ نَفْسِِ وَ عَيْنِ حَاسِدِِ اللهُ يَشْفِيكَ
“Dengan menyebut nama Allah, aku membacakan ruqyah untukmu dari segala sesuatu yang menganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan pengaruh ‘ain. Semoga Allah menyembuhkanmu.”
Dan terdapat do’a-do’a lain yang dapat dibacakan kepada sang anak untuk menjaganya dari bahaya ‘ain ataupun menyembuhkannya ketika telah terkena ‘ain. (lihat Hisnul Muslim oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani atau Ad Du’a min Al Kitab wa As Sunnah yang telah diterjemahkan dengan judul Doa-doa Dan Ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani)
Kesalahan-Kesalahan Dalam Penjagaan dari Bahaya ‘Ain atau Sejenisnya
Memang bayi sangat rentan baik dari bahaya ‘ain ataupun gangguan setan lainnya. Terdapat beberapa kesalahan yang biasa terjadi dalam menjaga anak dari gangguan tersebut karena tidak berdasarkan pada nash syari’at. Diantara kesalahan-kesalahan tersebut adalah:
1 Menaruh gunting di bawah bantal sang bayi dengan keyakinan itu akan menjaganya. Sungguh ini termasuk kesyirikan karena menggantungkan sesuatu pada yang tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya.
2 Mengalungkan anak dengan ajimat, mantra dan sebagainya. Ini juga termasuk perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan sang anak dan orang tua karena berlindung pada sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ‘ain memiliki pengaruh sangat besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk berasal dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak berlebihan sesuai dengan apa yang dikhabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.
Update per tanggal 22 Januari 2012, Penulis mendapatkan faedah baru tentang mendoakan keberkahan agar orang lain tidak terkena ‘ain. Silakan baca selengkapnya di sini.
Maraji’:
1 Majalah Al Furqon edisi 4 Tahun V/Dzulqo’dah 1426.
2 Doa-Doa dan Ruqyah dari Al Qur’an dan Sunnah. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qahthani. Media Hidayah. 2004.
3 Tafsir Surah Muawwadzatain. Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Akbar. 2002.
4 Tumbuh di Bawah Naungan Ilahi. Syaikh Jamal Abdul Rahman. Media Hidayah. 2002.
***
Artikel muslimah.or.id

======
======

3***Penyakit ‘Ain Melalui Foto dan Video***

dr. Raehanul Bahraen

Hendaknya kita berhati-hati men-share foto atau video kita, keluarga kita atau anak kita di sosial media, karena penyakit ‘ain bisa terjadi melalui foto ataupun video. Meskipun tidak pasti setiap foto yang di-share terkena ‘ain tetapi lebih baik kita berhati-hati, karena sosial media akan dilihat oleh banyak orang.
Penyakit ‘ain adalah penyakit baik pada badan maupun jiwa yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub/kagum, sehingga dimanfaatkan oleh setan dan bisa menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena.
Ibnul Atsir rahimahullah berkata,
‎ﻳﻘﺎﻝ: ﺃﺻَﺎﺑَﺖ ﻓُﻼﻧﺎً ﻋﻴْﻦٌ ﺇﺫﺍ ﻧَﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﻋَﺪُﻭّ ﺃﻭ ﺣَﺴُﻮﺩ ﻓﺄﺛَّﺮﺕْ ﻓﻴﻪ ﻓﻤَﺮِﺽ ﺑِﺴَﺒﺒﻬﺎ
“Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit” 1.
Sekilas ini terkesan mengada-ada atau sulit diterima oleh akal, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa ‘ain adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‎ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺣﻖُُّ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺷﻲﺀ ﺳﺎﺑﻖ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻟﺴﺒﻘﺘﻪ ﺍﻟﻌﻴﻦ
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya” 2.
Contoh kasus:
Foto anak yang lucu dan imut diposting di sosial media, kemudian bisa saja terkena ‘ain. Anak tersebut tiba-tiba sakit, nangis terus dan tidak berhenti, padahal sudah diperiksakan ke dokter dan tidak ada penyakit.
Bisa juga gejalanya tiba-tiba tidak mau menyusui sehingga kurus kering tanpa ada sebab penyakit.
Hal ini terjadi karena ada pandangan hasad kepada gambar itu atau pandangan takjub dan PENTING diketahui bahwa penyakit ‘ain bisa muncul meskipun mata pelakunya tidak berniat membahayakannya (ia takjub dan kagum).
Penyakit ‘ain bisa melalui gambar atau video
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,
‎ﻭﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺗﺄﺛﻴﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻋﻤﻰ ﻓﻴﻮﺻﻒ ﻟﻪ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻓﺘﺆﺛﺮ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺮﻩ ، ﻭﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﻨﻴﻦ ﻳﺆﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﺑﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺭﺅﻳﺔ
”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”3.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan,
‎ﻭﺑﻬﺬﺍ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻗﺪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻠﻔﺎﺯ ، ﻭﻗﺪ ﻳﺴﻤﻊ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ﻓﻴﺼﻴﺒﻪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ، ﻧﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ
“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.” 4.
Demikian semoga bermanfaat.
@Di antara langit dan bumi Allah, Pesawat Citilink Jakarta-Yogyakarta
***

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel Muslim.or.id

1 An-Nihayah 3/332
2 HR. Muslim
3 Zadul Ma’ad 4/149
4 Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 122272

Dari berbagai sumber.

Rintihan hati si ibu dan bapa


Rintihan hati si ibu dan bapa

Jam 6.30 petang.

Mak berdiri di depan pintu. Wajah Mak kelihatan resah. Mak tunggu adik bungsu balik dari sekolah agama.



Ayah baru balik dari sawah.



Ayah tanya Mak, “Along mana?’



Mak jawab, “Ada di dapur tolong siapkan makan.”



Ayah tanya Mak lagi,” Angah mana?”



Mak jawab, “Angah mandi, baru balik main bola.”



Ayah tanya Mak, “Ateh mana?”



Mak jawab, “Ateh, Kak Cik tengok tv dengan Alang di dalam?”



Ayah tanya lagi, “Adik dah balik?”



Mak jawab, “Belum. Patutnya dah balik. Basikal adik rosak kot. Kejap lagi kalau tak balik juga jom kita pergi cari Adik.”



Mak jawab soalan ayah penuh yakin. Tiap-tiap hari ayah tanya soalan yang sama. Mak jawab penuh perhatian. Mak ambil berat di mana anak-anak Mak dan bagaimana keadaan anak-anak Mak setiap masa dan setiap ketika.



Dua puluh tahun kemudian



Jam 6.30 petang



Ayah balik ke rumah. Baju ayah basah. Hujan turun sejak tengahari.



Ayah tanya Along, “Mana Mak?”



Along sedang membelek-belek baju barunya. Along jawab, “Tak tahu.”



Ayah tanya Angah, “Mana Mak?”



Angah menonton tv. Angah jawab, “Mana Angah tahu.”



Ayah tanya Ateh, “Mana Mak?”



Ayah menunggu lama jawapan dari Ateh yang asyik membaca majalah.



Ayah tanya Ateh lagi, “Mana Mak?”



Ateh menjawab, “Entah.”



Ateh terus membaca majalah tanpa menoleh kepada Ayah.



Ayah tanya Alang, “Mana Mak?”



Alang tidak jawab. Alang hanya mengoncang bahu tanda tidak tahu.





Ayah tidak mahu tanya Kak Cik dan Adik yang sedang melayan facebook. Ayah tahu yang Ayah tidak akan dapat jawapan yang ayah mahu.



Tidak ada siapa tahu di mana Mak. Tidak ada siapa merasa ingin tahu di mana Mak. Mata dan hati anak-anak Mak tidak pada Mak. Hanya mata dan hati Ayah yang mencari-cari di mana Mak.



Tidak ada anak-anak Mak yang tahu setiap kali ayah bertanya, “Mana Mak?”



Tiba-tiba adik bungsu bersuara, “Mak ni dah senja-senja pun merayap lagi. Tak reti nak balik!!”



Tersentap hati Ayah mendengar kata-kata Adik.



Dulu anak-anak Mak akan berlari mendakap Mak apabila balik dari sekolah. Mereka akan tanya “Mana Mak?” apabila Mak tidak menunggu mereka di depan pintu.



Mereka akan tanya, “Mana Mak.” Apabila dapat nombor 1 atau kaki melecet main bola di padang sekolah. Mak resah apabila anak-anak Mak lambat balik. Mak mahu tahu di mana semua anak-anaknya berada setiap waktu dan setiap ketika.



Sekarang anak-anak sudah besar. Sudah lama anak-anak Mak tidak bertanya ‘Mana Mak?”



Semakin anak-anak Mak besar, soalan “Mana Mak?” semakin hilang dari bibir anak-anak Mak .



Ayah berdiri di depan pintu menunggu Mak. Ayah resah menunggu Mak kerana sudah senja sebegini Mak masih belum balik. Ayah risau kerana sejak akhir-akhir ini Mak selalu mengadu sakit lutut.



Dari jauh kelihatan sosok Mak berjalan memakai payung yang sudah uzur. Besi-besi payung tercacak keluar dari kainnya. Hujan masih belum berhenti. Mak menjinjit dua bungkusan plastik. Sudah kebiasaan bagi Mak, Mak akan bawa sesuatu untuk anak-anak Mak apabila pulang dari berjalan.



Sampai di halaman rumah Mak berhenti di depan deretan kereta anak-anak Mak. Mak buangkan daun-daun yang mengotori kereta anak-anak Mak. Mak usap bahagian depan kereta Ateh perlahan-lahan. Mak rasakan seperti mengusap kepala Ateh waktu Ateh kecil. Mak senyum. Kedua bibir Mak diketap repat. Senyum tertahan, hanya Ayah yang faham. Sekarang Mak tidak dapat lagi merasa mengusap kepala anak-anak seperti masa anak-anak Mak kecil dulu. Mereka sudah besar. Mak takut anak Mak akan menepis tangan Mak kalau Mak lakukannya.



Lima buah kereta milik anak-anak Mak berdiri megah. Kereta Ateh paling gah. Mak tidak tahu pun apa kehebatan kereta Ateh itu. Mak cuma suka warnanya. Kereta warna merah bata, warna kesukaan Mak. Mak belum merasa naik kereta anak Mak yang ini.



Baju mak basah kena hujan. Ayah tutupkan payung mak. Mak bagi salam. Salam Mak tidak berjawab. Terketar-ketar lutut Mak melangkah anak tangga. Ayah pimpin Mak masuk ke rumah. Lutut Mak sakit lagi.



Mak letakkan bungkusan di atas meja. Sebungkus rebung dan sebungkus kueh koci pemberian Mak Uda untuk anak-anak Mak. Mak Uda tahu anak-anak Mak suka makan kueh koci dan Mak malu untuk meminta untuk bawa balik. Namun raut wajah Mak sudah cukup membuat Mak Uda faham.



Semasa menerima bungkusan kueh koci dari Mak Uda tadi, Mak sempat berkata kepada Mak Uda, “Wah berebutlah budak-budak tu nanti nampak kueh koci kamu ni.”



Sekurang-kurangnya itulah bayangan Mak. Mak bayangkan anak-anak Mak sedang gembira menikmati kueh koci sebagimana masa anak-anak Mak kecil dulu. Mereka berebut dan Mak jadi hakim pembuat keputusan muktamat. Sering kali Mak akan beri bahagian Mak supaya anak-anak Mak puas makan. Bayangan itu sering singgah di kepala Mak.



Ayah suruh Mak tukar baju yang basah itu. Mak akur.



Selepas Mak tukar baju, Ayah iring Mak ke dapur. Mak ajak anak-anak Mak makan kueh koci. Tidak seorang pun yang menoleh kepada Mak. Mata dan hati anak-anak Mak sudah bukan pada Mak lagi.



Mak hanya tunduk, akur dengan keadaan.



Ayah tahu Mak sudah tidak boleh mengharapkan anak-anak melompat-lompat gembira dan berlari mendakapnya seperti dulu.



Ayah temankan Mak makan. Mak menyuap nasi perlahan-lahan, masih mengharapkan anak-anak Mak akan makan bersama. Setiap hari Mak berharap begitu. Hanya Ayah yang duduk bersama Mak di meja makan setiap malam.



Ayah tahu Mak penat sebab berjalan jauh. Siang tadi Mak pergi ke rumah Mak Uda di kampung seberang untuk mencari rebung. Mak hendak masak rebung masak lemak cili api dengan ikan masin kesukaan anak-anak Mak.



Ayah tanya Mak kenapa Mak tidak telepon suruh anak-anak jemput. Mak jawab, “Saya dah suruh Uda telepon budak-budak ni tadi. Tapi Uda kata semua tak berangkat.”



Mak minta Mak Uda telepon anak-anak yang Mak tidak boleh berjalan balik sebab hujan. Lutut Mak akan sakit kalau sejuk. Ada sedikit harapan di hati Mak agar salah seorang anak Mak akan menjemput Mak dengan kereta. Mak teringin kalau Ateh yang datang menjemput Mak dengan kereta barunya. Tidak ada siapa yang datang jemput Mak.



Mak tahu anak-anak mak tidak sedar telepon berbunyi. Mak ingat kata-kata ayah, “Kita tak usah susahkan anak-anak. Selagi kita mampu kita buat saja sendiri apa-apa pun. Mereka ada kehidupan masing-masing. Tak payah sedih-sedih. Maafkan sajalah anak-anak kita. Tak apalah kalau tak merasa menaiki kereta mereka sekarang. Nanti kalau kita mati kita masih ada peluang merasa anak-anak mengangkat kita kat bahu mereka.”



Mak faham buah hati Mak semua sudah besar. Along dan Angah sudah beristeri. Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik masing-masing sudah punya buah hati sendiri yang sudah mengambil tempat Mak di hati anak-anak Mak.



Pada suapan terakhir, setitik air mata Mak jatuh ke pinggan.



Kueh koci masih belum diusik oleh anak-anak Mak.



Beberapa tahun kemudian



Mak Uda tanya Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik, “Mana mak?”.



Hanya Adik yang jawab, “Mak dah tak ada.”



Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik tidak sempat melihat Mak waktu Mak sakit.



Kini Mak sudah berada di sisi Tuhannya bukan di sisi anak-anak Mak lagi.



Dalam isakan tangis, Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik menerpa kubur Mak. Hanya batu nisan yang berdiri terpacak. Batu nisan Mak tidak boleh bersuara. Batu nisan tidak ada tangan macam tangan Mak yang selalu memeluk erat anak-anaknya apabila anak-anak datang menerpa Mak semasa anak-anak Mak kecil dulu.



Mak pergi semasa Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik berada jauh di bandar. Kata Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik mereka tidak dengar handphone berbunyi semasa ayah telepon untuk beritahu mak sakit tenat.



Mak faham, mata dan telinga anak-anak Mak adalah untuk orang lain bukan untuk Mak.



Hati anak-anak Mak bukan milik Mak lagi. Hanya hati Mak yang tidak pernah diberikan kepada sesiapa, hanya untuk anak-anak Mak..



Mak tidak sempat merasa diangkat di atas bahu anak-anak Mak. Hanya bahu ayah yang sempat mengangkat jenazah Mak dalam hujan renyai.



Ayah sedih sebab tiada lagi suara Mak yang akan menjawab soalan Ayah,



“Mana Along?” , “Mana Angah?”, “Mana Ateh?”, “Mana Alang?”, “Mana Kak Cik?” atau “Mana Adik?”. Hanya Mak saja yang rajin menjawab soalan ayah itu dan jawapan Mak memang tidak pernah silap. Mak sentiasa yakin dengan jawapannya sebab mak ambil tahu di mana anak-anaknya berada pada setiap waktu dan setiap ketika. Anak-anak Mak sentiasa di hati Mak tetapi hati anak-anak Mak ada orang lain yang mengisinya.



Ayah sedih. Di tepi kubur Mak, Ayah bermonolog sendiri, “Mulai hari ini tidak perlu bertanya lagi kepada Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik , “Mana mak?” ”



Kereta merah Ateh bergerak perlahan membawa Ayah pulang. Along, Angah, Alang dan Adik mengikut dari belakang. Hati ayah hancur teringat hajat Mak untuk naik kereta merah Ateh tidak kesampaian. Ayah terbayang kata-kata Mak malam itu, “Cantiknya kereta Ateh, kan Bang? Besok-besok Ateh bawalah kita jalan-jalan kat Kuala Lumpur tu. Saya akan buat kueh koci buat bekal.”



“Ayah, ayah….bangun.” Suara Ateh memanggil ayah. Ayah pengsan sewaktu turun dari kereta Ateh..



Terketar-ketar ayah bersuara, “Mana Mak?”



Ayah tidak mampu berhenti menanya soalan itu. Sudah 10 tahun Mak pergi namun soalan “Mana Mak?” masih sering keluar dari mulut Ayah sehingga ke akhir usia.



Sebuah cerita pendek buat tatapan anak-anak. Kata orang hidup seorang ibu waktu muda dilambung resah, apabila tua dilambung rasa. Kata Rasulullah saw. ibu 3 kali lebih utama dari ayah. Bayangkanlah berapa kali ibu lebih utama dari isteri, pekerjaan dan anak-anak sebenarnya. Solat sunat pun Allah suruh berhenti apabila ibu memanggil. Berapa kerapkah kita membiarkan deringan telepon panggilan dari ibu tanpa berjawab

Rabu, 3 April 2019

*"PERSAHABATAN ADALAH SUATU ANUGERAH TERINDAH"*


*"PERSAHABATAN ADALAH SUATU ANUGERAH TERINDAH"*

Persahabatan adalah *menyayangi*, bukan *menyaingi*

Persahabatan adalah *mendidik*, bukan *membidik*

Persahabatan *merangkul*, bukan *memukul*

Persahabatan *membina*, bukan  *menghina*

Persahabatan *mencari solusi* bukan *mencari sensasi*

Persahabatan *mengukuhkan*, bukan *meruntuhkan*

Persahabatan *menghargai*, bukan *melukai*

Persahabatan *membela*, bukan *mencela*

Kadang2 Sahabat yang suka *menegur* kita, BUKAN kerana mereka *BERLEBIHAN*
tapi kerana mereka meletakkan Persahabatan *MELEBIHI WANG...*

Kadang2 Sahabat yang memohon *MAAF TERLEBIH DULU* setelah Pertengkaran, BUKAN kerana mereka *SALAH*
tapi kerana mereka *MENGHARGAI* sebuah persahabatan.

Kadang2 Sahabat yang selalu *share WA* dengan kita, bukan kerana merasa *PINTAR* dan bukan *Menunjuk*  tapi... kerana *INGAT* pada *KITA*.

Suatu hari ada yang mengingatkan kita tentang *Agama* dan *Iman*.

Bukan kerana *merasa baik dan sudah sempurna*
tapi itulah kewujudan *Persahabatan kerana ALLAH yg Maha Kuasa*

Suatu saat kita semua akan *TERPISAH*, baik oleh *jarak* mahupun *ajal* yang menjemput kita.

*Namun* ada Sahabat yang terus *mendoakan kita*

Suatu saat *Anak-anak* dan *Cucu-cucu* kita akan bertemu mereka dan bercerita... *Dulu Kita Pernah Bersama.*

Persahabatan tidak mencari kesalahan tapi menutupi *kesalahan*

Persahabatan berlandaskan Hati yg  *TULUS dan IKHLAS*

Persahabatan akan terus *terjalin* walau banyak sekali *halangannya*

Pada satu waktu sebahagian cuma memerhatikan *KEJAYAAN* kita, tapi ada sebahagian Sahabat yg peduli akan keadaan *KESIHATAN* kita, maka itulah Persahabatan yg sejati.

Suatu hari kita *terlena dalam gurau dan tawa* tapi ada yang mengingatkan agar kita tidak *Lalai*.

Itulah *SAHABAT*.

Sahabatku,  meskipun tidak sering *BERTEMU* , tapi selalu *DIINGATI*,
Itulah *SAHABAT* .

Seorang *SAHABAT* tidak akan berfikiran *NEGATIF* tapi selalu *POSITIF*

 *Jom, kita bangunkan PERSAHABATAN dengan keikhlasan* dalam kasih sayang kurniaNYA.

👫👭👬👫👭👬

TEMPAT KEDIAMAN RUH KITA (SELEPAS MATI) DI ALAM BARZAKH


TEMPAT KEDIAMAN RUH KITA (SELEPAS MATI) DI ALAM BARZAKH

Di dalam Hadits Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ada menyatakan tempat kediaman Para Ruh di Alam Barzakh yakni sesudah manusia itu mati sebagaimana berikut:

1. Ada Ruh yang bertempat dan berdiam di suatu tempat yang tertinggi sekali yang dinamakan ‘Iliyyin dan ada Ruh yang berkumpul dengan kelompok Para Malaikat. Mereka adalah Ruh-Ruh Para Nabi ‘Alaihimus Solatu Wassalam. Namun di antara golongan inipun terdapat juga perbezaannya dan ada tingkatannya yang tersendiri, sebagaimana yang telah pernah dilihat oleh Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada malam perjalanan Isra dan Mi’raj beliau.

2. Ada Ruh-Ruh yang bertempat tinggal dan berdiam di tempat peristirehatan burung-burung yang bulunya hijau menyedapkan pandangan, dan Ruh-Ruh itu dapat berkeliaran di dalam Syurga sesuka hatinya. Itulah Ruh-Ruh orang yang mati Syahid untuk menegakkan Kalimah Allah yang luhur dan mempertahankan ajaran Agama Islam.

3. Ada Ruh-Ruh yang dipenjarakan di pintu Syurga iaitu sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits dari Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang mafhumnya,“Daku melihat sahabatmu ditahan di pintu Syurga.”

4.Ada Ruh-Ruh yang dipenjarakan di dalam Kuburnya sendiri sebagaimana yang tersebut dalam sebuah Hadits yang meriwayatkan bahawa seorang yang menyembunyikan pakaian rampasan perang lalu orang tersbut mati Syahid. Orang ramai menyangkakan bahawa Si Fulan tersebut pasti akan mengalami kesenangan dan keenakan kerana dapat ditentukan masuk Syurga. Tetapi Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu bersabda, “Demi Zat yang jiwaku dalam kekuasaanNya, bahawasanya pakaian yang disembunyikan olehnya itu pasti akan menyala menjadi api yang akan membakar dirinya di dalam Kuburnya itu.”

5.Ada Ruh-Ruh yang berdiam di tepi sungai di pintu Syurga sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadits yang telah diriwayatkan oleh Hadhrat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda, “Para Syuhada itu ada di tepi sungai di pintunya Syurga dan berada di dalam sebuah kubah yang berwarna hijau. Mereka memperoleh rezeki mereka dari Syurga pada waktu pagi dan petang.”

6. Ada Ruh-Ruh yang dipenjarakan di dalam bumi dan tidak dapat naik ke atas langit sebab memang Ruh yang hina sewajarnya menetap di dalam tanah sahaja. Ruh yang sedemikian tidak dapat berkumpul dengan Ruh-Ruh lain yang mulia dan terhormat yang ada di atas langit. Hal ini seperti halnya tidak dapat berkumpulnya antara manusia yang hina dan manusia yang mulia dan terhormat sewaktu di Dunia. Pada hakikatnya, sesudah mati Ruh manusia akan berkumpul dengan golongannya sendiri, yakni yang mulia berkumpul dengan yang mulia dan yang hina berkumpul dengan yang hina dan rendah darjatnya.

7. Ada Ruh-Ruh yang berenang di sungai yang berair darah dan menelan batu.

8. Ada Ruh-Ruh yang berdiam di tempat yang panas iaitu sebuah tungku api. Ini merupakan tempat bagi Ruh-Ruh yang ahli zina, baik yang lelaki mahupun yang perempuan.


Menurut Hadhrat Shah Waliyullah Muhaddits Dehlawi Rahmatullah ‘alaih, Ruh orang-orang selepas mati terbahagi kepada beberapa golongan seperti berikut:

1. Ruh mereka yang bersatu dengan Malaikat peringkat tinggi yang memiliki pengaruh semesta. Mereka ini adalah golongan Insan Kamil. Mereka ini ada urusan yang bersifat semesta.

2. Ruh mereka yang bersatu dengan Malaikat peringkat tinggi yang tertentu. Dalam golongan ini termasuklah mereka yang mati Syahid di zaman dahulu dan lain-lain yang seperti mereka, seperti Hadhrat Sayyidina Hamzah Radhiyallahu ‘Anhu dan sebagainya. Urusan mereka bersifat semesta dalam pengkhususan yang tertentu.

3. Ruh mereka yang bersatu dengan Malaikat peringkat rendah. Mereka ini ada berbagai golongan seperti Para Syuhada, Para ‘Abid dan mereka yang mencapai peringkat Zauq dalam peringkat Fana yang awal. Kegiatan mereka daripada jenis yang khusus, seperti menolong orang yang tertindas, menyempurnakan kerja-kerja tertentu yang memberi faedah kepada orang ramai, mengelakkan kejahatan tertentu dan memberi bantuan untuk mencapai kemenangan.

4. Ruh mereka yang bersatu dengan Jin. Mereka ini adalah orang-orang yang mengamalkan pelbagai jenis kejahatan. Akibatnya satu aspek timbul dari semua kejahatan mereka itu dan mereka tenggelam di dalam aspek yang satu itu. Golongan ini terbahagi kepada banyak pecahan menurut besar atau kecilnya pengaruh kejahatan itu. Mereka ini termasuklah orang-orang yang merosakkan orang-orang lain dan setengahnya membuat tindakan kezaliman dan kejahatan.

5. Ruh mereka yang berhubung dengan Jin tetapi perhubungan itu idak berapa erat. Mereka ini adalah orang-orang yang mengamalkan satu kejahatan terus menerus yang akibatnya Ruh mereka Fana dalam kejahatan itu. Mereka ini ada berbagai-bagai jenis menurut perbezaan kejahatan mereka itu.

6. Ruh mereka yang tenggelam dalam suatu jenis kebaikan.

7. Ruh mereka yang Fana dan tenggelam dalam berbagai jenis kebaikan sepertimana orang yang Fana dalam berbagai jenis kejahatan

8. Ruh mereka yang tidak Fana dalam sebarang kebaikan atau kejahatan dan tidak terpengaruh secara luar biasa oleh apa-apa kebaikan atau kejahatan. Kebanyakan manusia adalah dari jenis ini.

Sebahagian Para Ahli Hukum telah menerangkan tentang tempat kedudukan Ruh-ruh setelah mati seperti berikut:

1. Ruh Para Anbiya berada di dalam Syurga ‘Adnin. Mereka berada dalam liang yang selesa keadaan tubuh mereka. Adapun tubuh mereka sentiasa bersujud kepada Tuhan.

2. Ruh Para Syuhada berada di Syurga Firdaus dalam bentuk seekor burung yang hijau di tengah-tengah syurga itu. Mereka terbang sekehendak hati mereka lalu hinggap pada sebuah kendil yang digantungkan di ‘Arash.

3. Ruh anak-anak orang Islam berada dalam bentuk seekor burung pipit dan berterbangan di dalam Syurga.

4. Ruh anak-anak orang Musyrik berputar-putar di Syurga dan tidak punya tempat yang khusus sehinggalah ke Hari Qiyamat, lalu mereka melayani Ruh Para Mukminin.

5. Ruh Para Mukminin yang berhutang dan menganiaya akan digantung di angkasa. Mereka tidak sampai ke Syurga dan tidak pula sampai ke langit sehinggalah kerabatnya membayarkan hutangnya Dan mengadili penganiayaannya.

6. Ruh orang-orang Islam yang berdosa akan diazab dalam Kubur beserta tubuh mereka.

7. Ruh orang-orang Kafir dan Munafik akan dipenjarakan dalam Neraka Jahannam

#Say_

*Beautiful Message written in arabic language*


*Beautiful Message written in arabic language*
      لكن 
تذكر  ان  ما تصنعه  الْيوم  لنفسك  ستكسبه في  الغد  سالبا  او  موجبا 
لكن  تذكر  أيضا  ان  الحياة  عبر 
قال تعالى 
فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
وايضاً قال 
فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا

A rich man looked through his window and saw a poor man picking something from his dustbin ... He said, Thank GOD I'm not poor;

*نظر أحد الأغنياء من خلال نافِذتِه فرأى فقيراً يلتقط شيئاً ما من سلَّة القُمامَة فَحَمَد الله وشَكَرَهُ أنه ليس فقيراً*؛
 
The poor man looked around and saw a naked man misbehaving on the street ... He said, Thank GOD I'm not mad;

*نظر الرجل المسكين حوله وشاهد رجُلاً عارياً يُسِيء السلوك في الشارع وقال الحَمْدُ لله أني لسْتُ بِمَجْنُون*؛

The mad man looked ahead and saw an ambulance carrying a patient ... He said, Thank GOD am not sick;

*نظر الرجل المجنون إلى الأمام ورأى سيارة إسعاف تَقِلُ مَرِيضًا وقال الحمد لله أَنِي لسْتُ مَرِيضًا*؛

Then a sick person in hospital saw a trolley taking a dead body to the mortuary ... He said, Thank GOD I'm not dead;

*ومِن ثُم رأى مَرِيضٌ في المُستشْفَى عربةً تَنْقِل جثةً إلى المشرحة فَحَمَد الله وشَكَرَهُ أنه لا يزال حيٌ يُرْزَق*؛

Only a dead person cannot thank God;

*المَوتَى هُمْ وَحْدَهُم الذين لا يَستطِيعوُن الكلام وشُكْر الله*؛

Why don't you thank GOD today for all your blessings and for the gift of life ... for another beautiful day;

*فبما أنك لازلت حياً تُرْزَق فلماذا لا تبادر بِشُكْر المَوْلَى عَزَّ وجَلْ على مَنِّهِ وكَرَمهِ وفَضْلِهِ وعلى هبة الحياة ومَنْحِك يوم آخَر جَمِيل*؛

*What is LIFE*?
To understand life better, you have to go to 3 locations:

*ماهي الحياة؟*
*لكي تفهم معنى الحياة،   بصورةٍ أفضل، عليك بالتوجه إلى ٣ أماكن:*

*1. Hospital*
*2. Prison*
*3. Cemetery*

*١. المستشفى*
*٢. السجن*
*٣. المقبرة

At the Hospital, you will understand that nothing is more beautiful than HEALTH.

*في المستشفى سَتُدْرِك أن  لا شيئ يضاهي نِعْمَة الصِحَة والعافِيَة*

 In the Prison, you'll see that FREEDOM is the most precious thing

*وفي السجن سَتَعْلَم  أن الحرية لا تُقَدَر بِثَمَن*

 At the Cemetery, you will realize that life is worth nothing. The ground that we walk today will be our roof tomorrow.

*في المَقبَرَة، سَتُدْرِك أن الحياة لا تُساوِي شيئاً وأن الأرض التي نمْشِى عليها اليوم وستكون السقف الذِي نلتَحِف به غدا*؛ 

Sad Truth* :  We all come with *Nothing* and we will go with *Nothing* ... Let us, therefore, remain humble and be thankful & grateful to God at all times for everything.
__________________
96% of people won't share it, but if you are 1 of 4% share this truth to your friends.

Selasa, 2 April 2019

*Pengarah Pendidikan Bagi Mesej Pedas Buat Ibubapa.*


*Pengarah Pendidikan Bagi Mesej Pedas Buat Ibubapa.*
_____________________

Ibu bapa kepada seseorang anak… peringatan untuk semua… mudah2an membantu membentuk anak2 dlm masyarakat yg perihatin…

Tanamkan dalam hati bahawa;

*1. Anak kita bukan baik sangat.*
Walau kat rumah dia taat, dia mungkin nakal di belakang kita. Jadi dia mungkin lawan cakap cikgu, pukul kawan dia, dan buat pelbagai perkara yang kita tak jangka.

*2. Bukan anak kita sorang aje kat dalam kelas tu.*
Kita kat rumah paling banyak anak 6, 7 orang. Itu pun kita tak mampu nak beri perhatian pada semua. Anak cakap banyak sikit kita dah suruh diam. Just imagine kita ada anak kembar seramai 40 orang. Macam tu lah apa yang cikgu alami sewaktu mengajar anak-anak kita.

*3. Anak kita juga pandai menipu.*
Jangan percaya sangat dengan cerita2 anak kita. Dia mungkin menipu. Tak kiralah seyakin mana kita dengan kesolehan dia, dia mungkin menipu. Siasat dan jangan cepat melatah. Nanti kita yang malu.

*4. Anak kita layak dimarah.*
Anak kita bukan malaikat. Dia tidak sempurna. Dia pasti melakukan banyak silap. Dia perlu dididik. Character dia di rumah dan di sekolah tak sama. Dia mungkin sangat annoying waktu di dalam kelas dan kita tak kan tahu itu. Jika dia dimarah, itu tandanya gurunya sedang mendidiknya.

*5. Ingat semula kenapa kita hantar dia kesekolah.*
Untuk dia jadi diva kah? Sampai tak boleh diusik. Untuk dia jadi samseng? Sampai tak boleh dijentik. Untuk dia jadi biadap? Sampai tak boleh dididik.

*6. Dia sedang dididik. Dengan cara yang kita suka, mahupun tidak suka.*
Jika tak boleh terima orang lain didik dia dengan cara yang tak sama dengan didikan kita, jangan hantar dia ke sekolah. Kita tak boleh harapkan orang ikut cara kita. Cara kita tak semestinya betul.

*7. Kita tak mampu berikan semua ilmu yang diperlukannya.*
Kita perlukan guru2. Kita mungkin pakar kimia, tapi kita tak tahu matematik, geography, biology dan sebagainya. Kita mengharapkan guru2 itu mencurahkan ilmu kepada anak kita. Hormati mereka.

*8. Duit bukan segalanya.*
Kita mungkin kaya. Tapi duit tak mampu jadikan anak kita sempurna. Duit tak boleh membentuk akhlaknya. Dia perlu didik, diajar, dibentuk. Baru dia mampu menjadi manusia.

*9. Kita tak mampu membentuknya seorang diri.*
Anak kita perlu dilatih hidup dengan masyarakat. Dia perlu diajar bagaimana menghadapi dunia yang ganas di luar sana. Dia perlukan sekolah sebagai langkah pertama untuk memahamkan dia bagaimana untuk survive di dunia ini. Guru2 itulah yang akan membantu kita membuatnya melihat dunia. Beri guru2 itu ruang untuk membantu kita.

*10. Kita bukanlah orang yang paling betul dalam dunia.*
Cara guru dan kita mungkin berbeza. Tapi pengalaman mereka mendidik memang kita tak mampu menandinginya. Paling hebat kita didik 6, 7 orang anak kita sendiri. Mereka dah didik 6, 7 orang anak sendiri dan beratus malahan beribu anak-anak orang lain yang mereka didik seperti anak-anak mereka sendiri.

*11. Jangan sombong dengan guru2.*
Allah sebut darjat mereka tinggi di dalam al quran.Mereka bukan sahaja bekerja kerana gaji, tapi mereka melakukan amal jariah dengan memberi ilmu yang bermanfaat kepada ribuan manusia, dan amal ini Allah kira sahamnya walaupun setelah mereka meninggal dunia.Amal kita?

*12. Ilmu anak kita takkan berkat tanpa redha gurunya.*
Tanamkan itu dalam peribadi anak-anak kita. Yang 11A tapi jika biadap dengan guru belum tentu berkat ilmunya, belum pasti tenang hidupnya. A kurang tak apa. Asalkan tak kurang adabnya. Biar berkat ilmunya. Kejayaan akan datang dalam pelbagai cara.

*13. Guru2 sentiasa mengingatkan anak kita agar hormat ibubapanya.*
Ibu bapa sentiasa menjadi sentimen utama yang digunakan oleh guru2 untuk menasihati anak-anak kita. Mengapa kita tak boleh buat perkara yang sama? Satu sahaja, kerana kita rasa kita lebih bagus dari segenap segi daripada guru2 anak-anak kita.

Berlapang dadalah.Ilmu itu bukan bilangan A.Tapi apa yang anak kita dapat untuk dia jadikan panduan untuk jalani kehidupan di dunia dan di akhirat.

TERIMA KASIH.