expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumaat, 22 November 2019

Kisah yang Hebat apabila menjaga Aurat


Hebatnya Aisyah menjaga auratnya

Dikisahkan sejak kewafatan suaminya Aisyah yakni Nabi Muhammad ﷺ, Nabi Muhammad ﷺ disimpan dalam rumahnya sebelah Masjid Nabawi, kerana tersangat sayangkan Nabi Muhammad ﷺ, Aisyah tinggal dan tidur di dalam makam Nabi Muhammad ﷺ setiap masa.

Selepas itu, khalifah pertama iaitu Saidina Abu Bakar As-Sidiq pula meninggal dunia dan disimpan sebelah Nabi Muhammad ﷺ dan Aisyah masih lagi tinggal dan tidur dalam makam itu.

Selepas itu, Saidina Umar Al-Khatab pula meninggal dan disimpan dalam ruangan makam yang sama bersama Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar maka Aisyah pun sejak dari itu tidak lagi tinggal di makam itu. Maka, sahabat bertanya kepada Aisyah…

"Kenapa kamu Aisyah tidak lagi tinggal dan tidur di makam selepas Umar Al-Khatab juga disimpan di situ?" Jawab Aisyah…

"Ketika Nabi Muhammad ﷺ aku tinggal disitu kerana dia suami ku, Abu Bakar kerana dia ayahku, maka aku bebas untuk membuka aurat, menyikat rambut dan buat apa sahaja kerana mereka halal bagi ku, namun apabila Umar Al-Khatab masuk dalam makam itu (walaupun dalam keadaan mati) aku menjadi segan dan malu untuk bebas seperti biasa sebab dia tiada apa-apa perhubungan dengan aku."

Maka sejak itu, Aisyah buat biliknya sebelah makam Nabi Muhammad ﷺ. Begitu hebat Aisyah menjaga aurat, maruahnya daripada lelaki bukan muhrimnya walaupun Umar sudah tidak bernyawa. Inilah wanita hebat, Aisyah.

Bagaimana dengan kita hari ini? Adakah mengambil mudah akan aurat, maruah diri? Rela berkongsi pandangan dengan ramai lelaki dengan mahrammu. Penutupan antara ipar duai dalam rumah pun perlu di ambil berat. Peliharalah aurat dan maruah diri seperti mana Aisyah menjaganya. In shaa'Allah.


@sumberilmu
#just_say_Alhamdulillah

Jumaat, 15 November 2019

*C O U P L E



*C O U P L E*

| 140919 |

_sudah terang lagi bersuluh couple tu haram. kenapa tryhard sangat nak halalkan yang haram?_

_"Apa sahaja yang dihalalkan oleh Allah SWT di dalam kitab-Nya, maka ianya adalah halal dan apa sahaja yang diharamkan-Nya, maka ianya pula adalah haram."_

_- Maryam 64_

_“Katakanlah (kepada kaum yang mengada-adakan sesuatu hukum): "Sudahkah kamu nampak baik-buruknya sesuatu yang diturunkan Allah SWT untuk manfaat kamu itu sehingga dapat kamu jadikan sebahagian daripadanya haram, dan sebahagian lagi halal?” Katakanlah lagi (kepada mereka): “Adakah Allah SWT izinkan bagi kamu berbuat demikian, atau kamu hanya mengada-adakan secara dusta terhadap Allah SWT?”_

_— Yunus: 59_

_" Sesungguhnya Allah SWT telah menerangkan satu persatu kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atas kamu."_

_- al-An’am: 119_


_kau cuba menghalalkan apa yang sudah jelas haram hukumnya._

_you better ask yourself


#JUST_SAY_Alhamdulillah

Rabu, 6 November 2019

~ Melihat Kematian ibarat Tazkirah keinsafan tanpa lisan. Terbayang itu adalah diri sendiri. 😢


~ Melihat Kematian ibarat Tazkirah keinsafan tanpa lisan. Terbayang itu adalah diri sendiri. 😢

Kita yang mati awalnya tidak menyedari bahawa diri sudah mati. Kita merasa diri sedang bermimpi mati. Kita melihat diri ditangisi, dimandikan, dikafankan, disolatkan hingga diturunkan ke dalam kubur. Kita merasa diri sedang bermimpi saat diri ditimbun tanah. Kita menjerit jerit tapi tidak ada yang mendengar jeritan.

Beberapa waktu kemudian, saat semua sudah pulang meninggalkan diri kita sendiri di bawah tanah, Allah kembalikan roh kita. Kita membuka mata, dan terbangun kita dari “mimpi” yang buruk tadi.

Kita senang dan bersyukur, bahawa ternyata apa yang kita alami hanyalah sebuah mimpi buruk, dan kini kita sudah bangun dari tidur. Kemudian kita meraba badan yang hanya diselimuti kain sambil bertanya:

“Dimana pakaian aku”  Lalu kita meraba sekeliling yang berupa tanah “Dimanakah aku? Tempat apa ini? Kenapa bau tanah dan lumpur?”  Kemudian kita mulai sedar bahawa kita ada di bawah tanah, dan sebenarnya apa yang kita alami bukanlah mimpi! Ya, kita sedar bahawa diri kita benar-benar mati. Allah. 😢

Menjerit lah kita sekuat kuatnya, memanggil orang-orang terdekat yang kita rasakan boleh menyelamatkan kita.

“Maamaaaa….!!!!”_
“Bapaaaaaa…!!!!”_
“Abaaaanggg!!!”_
“Neneeeek!!”_
"Anaaaak!!!_
“Sahabaaaaat!!!”_

Tidak ada seorangpun yang menjawab. Kita yang selama ini lupa pada Allah pun ingat bahawa ALLAH adalah satu-satunya harapan.

Menangis lah kita sambil meminta ampun,
“Ya, Allaaaaaaah…. Ya Allaaaaaaah…. Ampunkan aku Ya Allaaaaaaah….!!!”

Kita menjerit dalam ketakutan yang luar biasa yang belum pernah dirasakan sebelum ni sepanjang hidup. 😢

Jika kita orang baik, akan muncullah dua malaikat dengan wajah tersenyum dan akan menenangkan, menghiburkan dan melayani kita dengan layanan yang terbaik.

Jika kita orang tidak baik, akan datang dua malaikat dengan wajah bengis yang akan menambah ketakutan kita dan akan menyiksa kita sesuai dengan keburukan kita. 😢..... Nauzubillah..

~Ya Allah berilah sisa umur yang bermanfaat pada kami. Jadikan kami hamba hamba Mu yang taat pada Mu Ya Allah. Berilah khusnul Khotimah pada kami Ya Allah.

#Just_say_Alhamdulillah

*4 JENIS BERSALAMAN JABAT TANGAN :*


*4 JENIS BERSALAMAN JABAT TANGAN  :*

*1) Cara Salam Yahudi :* bila kita bersalam dengan orang, cepat² kita tarik tangan kita.

*2) Cara Salam Majusi :* bila kita bersalam, kita tidak lihat muka org kita salam...

*3) Cara Salam Nasrani :* bila kita bersalam, kita bersembang / bercakap dengan orang lain, tangan & muka kita arah tempat lain...

*4) Cara Salam Rasulullah SAW :*

 *-bila bersalam dengan orang, kita kena lihat  matanya, senyum....pegang tangan, barulah gugur dosa kedua² Anak Adam itu........"*

*Insya'Allah..... ilmu itu indah jika dikaji dan diamalkan mengikut sunnah.*

#just_say_Alhamdulillah

Jumaat, 1 November 2019

*8 Prinsip tentang Cerai ketika Marah*


*8 Prinsip tentang Cerai ketika Marah*

Menjawab banyaknya pertanyaan tentang perceraian, berikut beberapa kaidah penting terkait cerai ketika marah:

*Pertama,* Elakkan Perceraian Semampu Mungkin
Mengapa perlu dihindari/elakkan? Karena perceraian adalah bagian dari program besar iblis. Raja setan ini sangat bangga dan senang ketika ada cecunguknya yang mampu memisahkan antara suami-istri. Disebutkan dalam hadis dari Jabir, Nabi ‘alaihis shalatu was salam bersabda,

إن إبليس يضع عرشه على الماء ثم يبعث سراياه فأدناهم منه منزلة أعظمهم فتنة يجئ أحدهم فيقول فعلت كذا وكذا فيقول ما صنعت شيئا قال ثم يجئ أحدهم فيقول ما تركته حتى فرقت بينه وبين امرأته قال فيدنيه منه ويقول نعم أنت

“Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang melapor, ‘Saya telah melakukan godaan ini.’ Iblis berkomentar, ‘Kamu belum melakukan apa-apa.’ Datang yang lain melaporkan, ‘Saya menggoda seseorang, sehingga ketika saya meninggalkannya, dia telah bepisah (talak) dengan istrinya.’ Kemudian iblis mengajaknya untuk duduk di dekatnya dan berkata, ‘Sebaik-baik setan adalah kamu.’” (HR. Muslim, no.2813).

Al-A’masy mengatakan, “Aku menyangka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iblis merangkul setan itu’.”
Imam al-Munawi mengatakan, “Sesungguhnya hadis ini merupakan peringatan keras, tentang buruknya perceraian. Karena perceraian merupakan cita-cita terbesar makhluk terlaknat, yaitu Iblis. Dengan perceraian akan ada dampak buruk yang sangat banyak, seperti terputusnya keturunan, peluang besar bagi manusia untuk terjerumus ke dalam zina, yang merupakan dosa yang sangat besar kerusakannya dan menjadi skandal terbanyak.” (Faidhul Qadir, 2:408).

Memang pada dasarnya, talak adalah perbuatan yang dihalalkan. Akan tetapi, perbuatan ini disenangi iblis karena perceraian memberikan dampak buruk yang besar bagi kehidupan manusia. Betapa banyak anak yang terlantar, tidak merasakan pendidikan yang layak, gara-gara broken home. Bisa jadi, anak-anak korban perceraian itu akan disiapkan iblis untuk menjadi bala tentaranya.
Lebih dari itu, salah satu dampak negatif sihir yang disebutkan oleh Allah dalam Alquran adalah memisahkan antara suami dan istri. Allah berfirman,

فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِه

“Mereka belajar dari keduanya (Harut dan Marut) ilmu sihir yang bisa digunakan untuk memisahkan seseorang dengan istrinya.” (QS. Al-Baqarah:102)

Sekali lagi, jangan sampai kita mengabulkan keinginan dan harapan iblis. Pikirkan ulang, dan ingat masa depan anak-anak dan nilai keluarga Anda di mata masyarakat.

*Kedua,* Marah Ada Tiga Bentuk
Pembaca yang di kasihi, untuk menilai keshahihan perceraian ketika marah, terlebih dahulu perlu kita pahami tentang macam-macam marah, sebagaimana yang dijelaskan para ulama. Ibnul Qayim menulis buku khusus tentang cerai ketika marah, judulnya: Ighatsatul Lahafan fi Hukmi Thalaq al-Ghadban. Beliau menjelaskan bahwa marah ada tiga macam:
Seseorang masih bisa merasakan kesadaran akalnya, dan marahnya tidak sampai menutupi pikirannya. Dia sadar dengan apa yang dia ucapkan dan sadar dengan keinginannya. Marah dalam kondisi ini tidaklah mempengaruhi keabsahan ucapan seseorang. Artinya, apapun yang dia ucapkan tetap dinilai dan teranggap. Baik dalam urusan keluarga, jual beli, atau janji, dst.

Marah yang memuncak, sehingga menutupi pikiran seseorang dan kesadarannya. Dia tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan atau yang dia inginkan. Layaknya orang yang gila, hilang akal, kemudian ngamuk-ngamuk. Marah pada level ini, ulama sepakat bahwa semua ucapannya tidak teranggap dan tidak diterima. Baik dalam urusan muamalah, nikah, sumpah, janji, dst.. Karena ucapan seseorang ternilai sah menurut syariat, jika orang yang mengucapkannya sadar dengan apa yang dia ucapkan.

Marah yang tingkatannya pertangahan dari dua level di atas. Akal dan pikirannya tertutupi, namun tidak sampai total. Layaknya orang stres yang teriak-teriak, lupa daratan. Tidak sebagaimana level sebelumnya. Untuk marah dalam kondisi ini, statusnya diperselisihkan ulama. Ada yang mengatakan ucapannya diterima dan ada yang menilai tidak sah. Kemudian Ibnul Qayim menegaskan, “Dalil-dalil syariat menunjukkan (marah dalam kondisi ini)tidak sah talaknya, akadnya, ucapannya membebaskan budak, dan semua pernyataan yang membutuhkan kesadaran dan pilihan. Dan ini termasuk salah satu bentuk ighlaq (tertutupnya akal), sebagaimana keterangan para ulama.
(Ighatsatul Lahafan fi Hukmi Thalaq al-Ghadba*n, Hal. 39)

*Ketiga,* Kalimat ‘cerai’ Ada Dua
Sebelum melanjutkan pembahasan lebih jauh, kita perlu memahami bahwa kalimat cerai dan turunanya ada dua: lafadz sharih (tegas) dan lafadz kinayah (tidak tegas). Sayid Sabiq dalam Fiqh Sunah menjelaskan:
Lafadz talak bisa dalam bentuk kalimat sharih (tegas) dan bisa dalam bentuk kinayah (tidak tegas).

a. Lafadz talak sharih adalah lafadz talak yang sudah bisa dipahami maknanya dari ucapan yang disampaikan pelaku. Atau dengan kata lain, lafadz talak yang sharih adalah lafadz talak yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali perceraian.

Misalnya: Kamu saya talak, kamu saya cerai, kamu saya pisah selamanya, kita bubar…, aku lepaskan kamu, dan semua kalimat turunannya yang tidak memiliki makna lain selain cerai dan pisah selamanya.
Imam as-Syafi’i mengatakan, “Lafadz talak yang sharih intinya ada tiga: talak (arab: الطلاق), pisah (arab: الفراق), dan lepas (arab: السراح). Dan tiga lafadz ini yg disebutkan dalam Alquran.” (Fiqh Sunah, 2:253).

b. Lafadz talak kinayah (tidak tegas) adalah lafadz yang mengandung kemungkinan makna talak dan selain talak. Misalnya pulanglah ke orang tuamu, keluar sana.., jangan pulang sekalian..,

Cerai dengan lafadz tegas hukumnya sah, meskipun pelakunya tidak meniatkannya. Sayid Sabiq mengatakan, “Kalimat talak yang tegas statusnya sah tanpa melihat niat yang menjelaskan apa keinginan pelaku. Mengingat makna kalimat itu sangat terang dan jelas.” (Fiqh Sunah, 2:254)

Hal yang sama juga ditegaskan dalam Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah (Ensiklopedi Fiqh),

واتفقوا على أن الصريح يقع به الطلاق بغير نية

“Para ulama sepakat bahwa talak dengan lafadz sharih (tegas) statusnya sah, tanpa melihat niat (pelaku)” (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 29:26)

Sementara itu, cerai dengan lafadz tidak tegas (kinayah), dihukumi dengan melihat niat pelaku. Jika pelaku melontarkan kalimat itu untuk menceraikan istrinya, maka status perceraiannya sah. Bahkan sebagian ulama hanafiyah dan hambali menilai bahwa cerai dengan lafadz tidak tegas bisa dihukumi sah dengan melihat salah satu dari dua hal; niat pelaku atau qarinah (indikator). Sehingga terkadang talak dengan kalimat kinayah dihukumi sah dengan melihat indikatornya, tanpa harus melilhat niat pelaku.

Misalnya, seorang melontarkan kalimat talak kinayah dalam kondisi sangat marah kepada istrinya. Keadaan ‘benci istri’ kemudian mengucapkan kalimat tersebut, menunjukkan bahwa dia ingin berpisah dengan istrinya. Sehingga dia dinilai telah menceraikan istrinya, tanpa harus dikembalikan ke niat pelaku.

Akan tetapi, pendapat yang lebih kuat, semata qarinah (indikator) tidak bisa jadi landasan. Sehingga harus dikembalikan kepada niat pelaku. Ini merupakan pendapat Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, sebagaimana keterangan beliau di Asy-Syarhu al-Mumthi’ 11:9.

Kemudian terkait masalah ini, ada satu ucapan yang sama sekali tidak mengandung makna talak sedikit pun. Baik secara tegas maupun kiasan. Untuk kalimat semacam ini sama sekali tidak dinilai sebagai talak, apapun niatnya. Misalnya mengumpat istrinya, atau menjelekkannya, dst. Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Jika kalimat yang dilontarkan sama sekali tidak mengandung kemungkinan makna talak, maka status talak tidak jatuh (baca: tidak sah), meskipun pelaku berniat untuk menceraikannya ketika dia mengucapkan kalimat tersebut. Misalnya, seseorang mengatakan, ‘Kamu pendek.., kamu ketinggian..’, dan orang ini menyatakan, ‘Saya berniat untuk menceraikannya.’ Yang demikian hukumnya tidak jatuh talaknya. Karena kalimat semacam ini sama sekali tidak mengandung makna talak. (Asy-Syarhu al-Mumthi’, 13:66)

*Keempat,* Cerai Ketika Marah
Terdapat sebuah hadis, dari A’isyah radhiallahu’anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا طلاق ولا عتاق في إغلاق

“Tidak ada talak dan tidak dianggap kalimat membebaskan budak, ketika ighlaq.” (HR. Ahmad, no.26403, Ibnu Majah, no.2046, Hakim, dan dihasankan Al-Albani)
Makna kata: ighlaq : terdesak. Karena orang yang terdesak kondisinya mughlaq (tertutup), sehingga gerakannya sangat terbatas. (An-Nihayah fi gharib al-atsar, 3:716)
Ada juga sekelompok ulama yang memaknai ighlaq dengan marah. Dalam arti marah yang sanngat hebat, sehingga kemarahannya menghalangi kedasarannya, sebagaimana penjelasan sebelumnya.

Berdasarkan hadis ini, ulama menjelaskan bahwa bahwa talak dalam kondisi marah besar, sampai menutupi akal, hukumnya tidak sah. Nah.., dari keterangan macam-macam marah, Imam Ibnul Qayim menjelaskan bahwa talak hukumnya jika marahnya baru pada level pertama, yaitu marah yang masih bisa merasakan kesadaran akalnya, dan marahnya tidak sampai menutupi pikirannya. Dia sadar dengan apa yang dia ucapkan dan sadar dengan keinginannya.

Sementara talak yang dijatuhkan pada saat marah di level kedua dan ketiga, talaknya tidak jatuh. Untuk marah yang sudah memuncak, sebagaian ulama menegaskan bahwa semua kaum muslimin sepakat talak yang dijatuhkan tidak sah. Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Marah yang sampai pada batas, dimana dia tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan, bahkan sampai pingsan, dalam kondisi ini talak tidak sah dengan kesepakatan ulama. Karena orang ini tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan.” (Asy-Syarhul Mumti’, 13:28)

Karena itu, jangan Anda beralasan, ‘Saya talak istri saya ketika marah, jadi gak sah’. Alasan semacam ini bisa jadi tidak diterima. Karena selama Anda masih sadar ketika mengucapkan kata-kata cerai pada istri, maka talak statusnya sah, meskipun Anda lontarkan hal itu dalam keadaan marah.

*Kelima,* Cerai Tetap Sah Walaupun Anda Tidak Berniat Cerai
Bagian ini sebenarnya mengulang dari keterangan di atas. Namun mengingat banyak orang bersih kukuh untuk menolak talak yang disampaikan dengan kalimat tegas ketika marah maka perlu untuk kami sendirikan dengan rinci. Hampir semua lelaki yang menyesali talaknya ketika marah, mereka beralasan, saya sama sekali tidak berniat mentalak istri saya, saya sama sekali tidak bermaksud demikian, saya cuma ngancam, saya cuma main-main, dan seabreg alasan lainnya. Apapun itu, jika Anda dengan tegas menyampaikan kalimat talak, maka status cerai Anda sah, meskipun Anda sama sekali tidak berniat talak.

Dalilnya, hadis dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثلاث جدهن جد وهزلهن جد: النكاح والطلاق والرجعة

“Ada tiga hal, seriusnya dinilai serius, main-mainnya dinilai serius: Nikah, talak, dan rujuk.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dihasankan Al-Albani)

Artinya, untuk tiga akad tersebut: nikah, talak, dan rujuk, walaupun dilakukan dengan main-main, statusnya tetap sah, jika syaratnya terpenuhi.
Karena itu, hati-hati dengan kalimat talak yang sharih (tegas), yang tidak mengandung kemungkinan selain makna talak. Perhatikan kutipan penjelasan di atas:
Sayid Sabiq mengatakan, “Kalimat talak yang tegas statusnya sah tanpa melihat niat yang menjelaskan apa keinginan pelaku. Mengingat makna kalimat itu sangat terang dan jelas.” (Fiqh Sunah, 2:254)
Meskipun Anda main-main, tidak serius, cuma ngancam, atau intinya tidak bermaksud setitik pun, ingat semua alasan ini tidak bisa diterima. Alasan semacam ini bisa diterima, jika kalimat talak yang disampaikan tidak tegas (kinayah).

*Keenam,* cerai adalah akad lazim yang tidak bisa dibatalkan
Bagian ini akan menjelaskan bahwa talak adalah akad yang mengikat (lazim) dan tidak bisa dicabut. Sebelumnya perlu kita pahami pembagian akad ditinjau dari konsekwensinya, ada dua:
Akad lazim, adalah akad yang mengikat semua pihak yang terlibat, sehingga masing-masing pihak tidak punya hak untuk membatalkan akad. Artinya, begitu kalimat itu diucapkan maka statusnya sah, dan tidak boleh dicabut
Contoh: akad jual-beli, sewa-menyewa, nikah, talak dan semacamnya.

Akad jaiz atau akad ghairu lazim, adalah akad yang tidak mengikat. Artinya salah satu pihak boleh membatalkan akad tanpa persetujuan rekannya.
Contoh: akad pinjam-meminjam, wadi`ah, mewakilkan, dll.
(Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 30:230)

*Ketujuh,* hindari kalimat-kalimat bermakna cerai ketika marah
Kami sangat yakin, ketika Anda marah, Anda ingin mengungkapkan semua isi hati Anda. Apalagi ketika ditunggangi perasaan benci kepada istri. Bayangan ‘sayang-sayang’ di waktu Anda berkenalan dengan calon istri Anda seolah pudar tanpa tersisa sedikit pun.

Islam tidak melarang Anda meluapkan perasaan Anda dan ledakan hati Anda. Tapi Islam mengatur dan mengarahkan kepada sikap yang benar. Namun sungguh sangat disayangkan, betapa banyak orang yang kurang menyadari.
Tidak ada yang bisa kami nasihatkan, selain HINDARI semaksimal mungkin kalimat yang secara tegas menunjukkan makna talak. Dengan bahasa yang lebih tegas, hindari kalimat talak sharih sebisa mungkin. Ini jika Anda masih ingin bersama keluarga Anda.

*Kedelapan*, Jadilah Keluarga yang Tidak Gegabah
Dari A’isyah radhiallahu’anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ماكان الرفق في شيء إلا زانه ولانزع من شيء إلا شانه

“Tidaklah kelembutan menyertai sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan itu dicabut dari sesuatu, melainkan akan semakin memperburuk-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadilah keluarga yang tidak gegabah, mudah emosi, mudah meluapkan kemarahan, tidak perhitungan. Yang laki-laki punya penyakit suka ngomel: cerai, talak, kita pisah, nikah sama lelaki lain sana…, bubar..bubar…, aku lepaskan kamu, besok kuurus surat cerai.., aku ikhlaskan kamu karena itu pilihanmu, aku thalaq, aku thalaq.., aku cerai tiga…,
Tapi begitu redam, ingin merasakan dekapan istrinya, dia menyesal…, dia ingkari dan ingkari… tidak, sama sekali saya tidak bermaksud menjatuhkan talak… Allahu akbar!…, inilah potret suami yang kesadarannya kurang, jika tidak ingin dibilang akalnya kurang.

Tidak kalah dengan itu, yang perempuan sukanya minta cerai.., dikit-dikit minta cerai, ceraikan aku.., talak saja aku.., aku ingin cerai….!! ini tidak kalah parahnya. Sungguh potret wanita kurang….
Sabar…Sabar…Sabar… tahan lidah…

#Share_ilmu,bermanfaat
#Just_say_Alhamdulillah

Sabtu, 26 Oktober 2019

Cerita sedih "Sayang, Nanti Kita Jumpa Di Syurga..."


Assalamualaikum.. Renungan Buat kita.. 😭
*"Sayang, Nanti Kita Jumpa Di Syurga..."

Petang, saya menerima satu panggilan telephone, pemanggil tersebut  meminta saya menguruskan jenazah ibunya.
Apabila sudah diamanahkan, tanpa berlengah saya bergegas ke rumah pemanggil tersebut yang letaknya tidak jauh dari kediaman saya. Saya tiba ketika hari sudah lewat petang. Orang  ramai yang terdiri daripada sanak saudara, jiran tetangga dan kenalan, sudah memenuhi kediaman tersebut.
Saya melangkah masuk, bertemu dengan suami dan anak-anak Allahyarhamah. Selepas berbicang, kami mendapat kata sepakat. Jenazah akan diuruskan keesokan hari kerana  hari sudah lewat bertukar malam.
Petang itu, jenazah hanya dibersihkan dengan  mengelap tubuhnya menggunakan kain sambil dibantu  anak-anaknya seramai empat org, 2 lelaki.. 2 orang perempuan. Kesemuanya sudah besar dan ada di antaranya sudah berkahwin.

Esoknya seawal pagi, saya tiba semula ke rumah tersebut. Apabila mahu memandikan jenazah, salah seorang anak datang kepada kepada saya.

*_"Boleh kami nak mandikan sendiri jenazah ibu kami?"_*tanya si anak tadi.

*_"Boleh"_*jawab saya, senang hati mendengar permintaan si anak.
Memang itulah sebaik-baiknya. Lebih afdal anak sndiri yang uruskan jenazah ibu bapa mereka.
*_"Tapi Ustazah,kami ni tak pandai. Kami tak tahu apa². Ustazah ajarlah kami",_*beritahu seorang lagi anak perempuan.

*_"Takde masalah. Saya boleh bagi tunjuk ajar,_*jawab saya.
Ingatkan anak perempuan saja, rupanya 2 orang anak lelaki & suami Allahyarhamah mahu turut serta memandikan.
Sudah itu permintaan mereka, saya bersetuju, lagi pun Islam tak melarang, memang seorang suami boleh memandikan jenazah isterinya dan begitulah sebaliknya.

Namun disebabkan anak2 lelaki mahu memandikan sama, saya terpaksa  bahagikan tugas. Si suami, saya minta bersihkan bahagian kepala, anak lelaki di bahagian kaki & anak perempuan dari bahagian badan membawa ke paha.

*_"Ambil sarung tangan ni seorang satu"._* Ujar saya sambil menghulurkan sarung tangan getah untuk digunakan bagi memandikan jenazah. Tapi, suami & anak² menolak.
*_"Masa kecil, ibu mandikan kami  tak pernah pakai sarung tangan. Kami  tak mahu pakai",_* tolak si anak lembut.

Saya sedikit tersentak mendengar kata² itu. Kagum dengan  jawapan si anak. Terharu saya mendengarnya.

Kemudian, saya pegang paip getah dn lalukan air ke muka jenazah. Si Suami mula bersihkan wajah isterinya. ketika Si suami membersihkan wajah isterinya, satu drama yang menyayat hati & penuh emosi berlaku.

Sambil menggosok lembut wajah jenazah isterinya, si suami tadi mengungkap kembali satu persatu segala kenangan nya ketika mereka hidup bersama.

*_"Sayang...inilah wajah manis yang abang tatap masa hidup. Inilah wajah yang abang pernah sayang. Wajah yang pernah jadi isteri Abang",_*tutur suami sambil tangan lembut membersihkan  wajah jenazah isteri tercinta.

Selesai muka, suami tadi beralih pula ke mulut, sekali lagi ungkapan manis terpancul dari mulut si suami.
*_"Sayang...inilah mulut yang selalu  senyum pada abang. Inilah mulut yang selalu berbual dengan abang, hiburkan abang selama ni, mulut yang berikan  abang semangat ketika berdepan masalah",_* ungkapnya dengan linangan air mata.

Saya yang menyaksikan tindakan spontan suami itu turut menjadi sebak. Terharu mendengar kata² ikhlas dari  suaminya. Saya tahu si suami benar-benar sayangkan isterinya.

Selesai bahagian si ayah, 2 anak perempuannya pula mengambil tempat. Sekali lagi hati saya tersentuh hingga jadi sebak. Sambil membersihkan tangan si ibu, anaknya meluahkan segala jasa ibu mereka.

*_"Ibu, inilah tangan yang besarkan kami, didik kami, tangan inilah yang suapkan makanan ke mulut kami. Inilah tangan yang dodoikan kami, jari jemari ini yang kesatkan airmata kami. Tangan ini juga yg dukung kami sewaktu kecil. Ibu.. jasa ibu amat besar",_*tutur seorang anak perempuannya. Air matanya masih mengalir.

Apabila sampai ke perut, seorang lg anak perempuannya bersuara, *_"Ibu, inilah perut yang mngandungkan kami, terima kasih ibu, lahirkan kami, didik & besarkan kami"_*ungkap si anak tersebut. Air mata mereka terus berjujuran.

Bukan hanya mereka, saudara-mara yang menyaksikan turut menangis, apatah lagi saya yg berada di sisi mereka.
Sungguh, waktu itu terasa begitu hening. Suasana sangat pilu. Menyaksikan semua kata² ikhlas ini dari suami dan anak2 si mati.

Apabila selesai tugas anak perempuan, anak lelaki pula melunaskan bahagian mereka. Smbil membersihkan kaki, mereka meluahkn segala jasa² wanita yang melahirkan mereka itu.

*_"Ibu, inilh kaki yang berjalan mencari rezeki untuk kami. Kaki inilah yang besar kan kami. Kaki inilah yang bawa kami bersiar-siar², hiburkan kami, jasa ibu tak terbalas. Terima kasih ibu",_*ujar anak lelaki dengan suara tersekat-sekat.
Menyaksikan semua itu, air mata saya tak dapat dibendung lagi. Sesekali saya berpaling ke arah lain, mengesat air mata yang kian laju mengalir.

Sudah banyak jenazah yang saya uruskan, tapi inilah kali pertama saya saksikan adegan yang meruntun jiwa. Hati saya tersentuh hiba.

Apabila semua anak sudah selesai, saya mengambil giliran semula. Saya mahu membersihkan bahagian dubur. Tapi si suami menolak kerana dia mahu lakukan sndiri.
*_"Ni isteri saya, biar saya yang buat. Ustazah tolong ajarkan saya",_*tutur si suami.

Sekali lagi saya akur dengan kehendaknya. Saya arahkan si suami supaya menekan perut secara perlahan-lahan untuk mengeluarkan najis di dubur.

Semasa si suami melakukannya, sekali lagi jiwa saya bagai dirobek². Jiwa saya tersentuh mendengar lafaz ikhlas suaminya. Sambil menekan lembut perut isterinya, si suami bersuara lagi.

*_"Sayang, ini rahim yang melahirkan anak² kita, menghasilkan zuriat kita, terima kasih Sayang",_* tutur si suami lembut dengan matanya brkaca².

Sekali lagi air mata saya tertumpah. Di luar pula, air mata saudara-mara yang menyaksikan drama itu semakin laju.
Saya tahu semua yang menyaksikan terharu. Saya sendiri turut tersentuh dengan sikap keluarga ini. Sungguh, suaminya memang seorang yang baik dan sangat menghormati jasa seorang wanita bergelar isteri.

Selesai dimandikan dengan drama² meruntun jiwa, jenazah dibawa ke ruang tamu untuk dikafankan pula.
Pun sama, kerja ini dilakukan oleh anak² & suami arwah dengan tunjuk ajar saya. Walaupun mengambil masa agak lama, semuanya selesai dengan mudah sebelum jenazah dibawa ke tanah perkuburan.

Tugas ini saya serahkan pula kepada suami saya. Selepas kubur dikambus & suami saya hendak memulakan bacaan talqin, suami Allahyarhamah datang  meminta izin.

*_"Ustaz, boleh ke saya nak  bacakan talqin untuk isteri saya?"..._*tanya dia kepada suami saya.

Suami saya mengangguk dan si suami tadi mengambil tempat di sebelahnya. Dalam keadaan suara yang serak kerana masih bersedih, si suami tadi  memulakan bacaan. Bacaan kali ini memang lain sekali dari kebiasaannya.

*_"Sayang, hari ini adalah hari terakhir kamu di muka bumi ini. Kamu berpisah dengan anak², Ayang berpisah dengan Abang.
Sayang.. malam ini Abang akan berteman hanya dengan anak-anak di sisi Abang"._*

*_"Sayang, nanti akan datang malaikat mungkar dan nakir bertanya.. Siapa Tuhan kamu? Siapa Nabi kamu? Apakah agama kamu? Apakah kiblat kamu? Apakah pegangan iktikad kamu? Siapakah saudara² kamu?_*

*_"Abang minta tolong dari Sayang, jawab dengan tenang, dengan lidah lancar, Bahawasanya Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Islam Agamaku, Al-Quran Petunjukku, Org Islam adalah saudara²ku,"_* tutur si suami dgn sebak. Si suami tadi menyambung,

*_"Nanti kita akan berjumpa semula di Syurga. Sayang tunggu Abang di sana. Abang akan tetap merindui Sayang hingga akhir hayat Abg."_*

Sungguh, waktu itu sekali lagi air mata saya berderai, bukan saya sahaja, hadirin lain pun sekali lagi menangis. Saya tahu mereka menangis & bersedih bukan kerana pemergian Allahyarhamah, tapi tersentuh melihat kejadian tersebut.
Satu drama yang benar-benar berlaku, memperlihatkan kasih sayang, kejujuran, kesetiaan dan cinta yang tulus ikhlas dari seorang suami kepada isteri. Kisah kasih sayang antara anak² dan ibu dalam keluarga ini.

Saya benar² kagum dan terharu dengan keluarga tersebut. Si anak bukanlah berpendidikan tinggi atau berlatarbelakang agama bergelar ustaz atau ustazah, tapi mereka semua mempunyai budi pekerti dan akhlak yang tinggi.

Lihat bagaimana mereka menghargai jasa seorang ibu sehingga ke akhir hayat. Bagi saya, mereka jadi begitu hasil kejayaan didikan seorang ibu yg berjaya memberikan kasih sayang & didikan dengan sempurna.

Sungguh, jenazah wanita itu seorang yang bertuah memiliki suami dan anak² seperti itu.....
Allahu Akbar....😔😔😔..😭😭😭😭😭😭😭😭

copy n paste
Rc
*(Rugi kalau tidak baca sampai selesai)*

#JuSt_say_Alhamdulillah

Dunia Hanya sementara Akhirat selamanya


 *Jangan pedulikan jasadmu yang akan busuk & hancur!! ...  Kaum muslimin akan melaksanakan kewajipan mereka:*

*1. Memandikan mu*
*2. Mengkafani mu*
*3. Menyolati mu*
*4. Menguburkan mu*

*Yakinlah!!! bahawa:*
*Dunia tidak sedih dengan KEMATIAN mu*

*Alam semesta tidak berduka atas kepergian mu.!*

*Segala sesuatu akan berjalan seperti biasa dan tidak berubah dengan perpisahan mu.!!*
*Perekonomian akan terus berputar.*!

*Pekerjaanmu, akan digantikan orang lain*!

*Hartamu akan pindah tangan secara halal kepada ahli waris.!*

*Sementara ​Anda yang akan di HISAB atas segala sesuatu hingga perkara yang besar sampai dengan hal yang paling kecil.!!*

*Yang pertama lepas dari mu, adalah *namamu..*

*Saat Anda meninggal dunia: Orang2 bertanya : ​​Dimana MAYATnya?​​*

*Mereka tidak lagi memanggil mu dengan namamu.. Namamu tinggal kenangan belaka*

*Ketika mereka akan mensholati, mereka bilang : ​​Bawa sini *JENAZAHnya.!!!​​* *Mereka tidak lagi menyebutkan *namamu.. Betapa cepat *namamu hilang berlalu....​*

*Ketika mereka akan menguburkan mu, mereka berkata: ​ *Dekatkan MAYATnya.!!​* *tanpa menyebutkan *namamu..*

*_Kerana itu..._*
*_Janganlah tertipu oleh kehormatan, status sosial dan kelebihan kelompokmu..!!_*

*_Jangan terperdaya oleh kedudukan, jawatan dan nasab keturunanmu...!!_*

*_​Alangkah fananya dunia ini... dan betapa besar apa yang akan kita hadapi...​_*