expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 24 Mac 2020

Alhamdulillah BIMBINGAN AL-QURAN KEPADA ANDA

BIMBINGAN AL-QURAN KEPADA ANDA


• Lisan Yang Baik Dari Hati Yang Baik

Orang yang melakukan kesalahan seringkali gelap, gelap pandangannya, gelap hatinya, gelap keadaanya sehingga ia perlu cahaya untuk membimbing kepada jalan kebaikan. Cahaya yang menerangi kita dari hal-hal yang kegelapan disebut “Nur”.

Sebab itu, ketika Allah memberikan bimbingan kepada orang yang dalam kegelapan, salah tempat, lisan tempatnya bicara benda baik. Kerana itu di dalam Quran kita dilarang untuk bicara yang tidak baik. Quran surah ke-49 al-Hujuraat ayat 11 misalnya :

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا یَسۡخَرۡ قَوۡمࣱ مِّن قَوۡمٍ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lelaki) mencemuh dan merendah-rendahkan...”

وَلَا یَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ

“...dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain...”

Sebab itu Nabi fungsikan lisan itu yang baik-baik. Daripada Saidina Abu Hurairah (57 H) رضي الله عنه, katanya: Rasulullah ﷺ bersabda:

 مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Siapa yang berasa beriman kepada Allah dan yakin dia akan dihisab di Hari Kiamat, maka dia gunakan lisan yang akan dihisab, supaya ringan hisabnya untuk bertutur yang baik-baik, tak mampu dia hanya diam.”

HR. Al-Bukhari (6138) Muslim (47)

Kalau tak mampu berkata-kata yang baik, diam. Seharusnya pilihannya cuma dua. Tapi kadang lisan digunakan bukan pada tempatnya sehingga lisan menjadi gelap. Wajar berkata baik, berkata tidak baik. Wajarnya bercinta kemudian mencela, wajar berlembut kemudian kasar, itu bukan pada tempatnya. Sehinggakan lisan gelap untuk mencari kosa kata yang baik.

Apabila orang sudah terbiasa dengan kosa kata yang tidak baik, maka lisannya gelap untuk menemukan kosa kata yang baik. Sehingga bicara yang baik itu merasa aneh.. sampaikan kata orang ‘Laaa boleh rupanya cakap baik-baik tau nak mencela aje.’

Seseorang yang menggunakan mata untuk melihat yang baik lalu salah tempat untuk melihat yang tidak senonoh lagi gelap. Melihat masjid, tidak ada getaran (sebelum musim wabak) melihat orang mengaji tidak ada sentuhan, melihat wanita menutup aurat menjadi anti, melihat para lelaki memakai jubah seperti pengganas katanya.

Ini menunjukkan pandangan yang gelap kerana selalu menggunakan hal-hal yang kurang baik, ketika gelap ini mendapatkan bimbingan kembali kepada jalan yang baik maka dia memerlukan cahaya disebut ‘Nur’ dan tidak ada dalam acuan kehidupan kita, satu hal bimbingan untuk mendapatkan Nur kecuali sumbernya daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sebenarnya menyebut diriNya dengan sumber Nur.

۞ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۚ

“Allah yang menerangi langit dan bumi.”

(Surah al-Nur [24] : ayat 35)

Ketika anda ingin mendapatkan bimbingan yang sempurna, mendampingi, memerhatikan, menyayangi maka dalam bahasa arab salah satunya disebutkan ‘Wali’. Sebab itu ibubapa disebut wali bagi anaknya kerana ibubapa memerhatikan, menyayangi, mendampingi walaupun sifatnya terbatas.

Guru kenapa disebut dengan wali? Sebab guru peduli terhadap pelajarnya, kerana itu guru itu tidak layak disebut dengan wali jika tidak ada peduli terhadap anak didiknya. Hanya datang sekadar mengajar secara formal (dapat gaji) dan pulang tanpa peduli anak didiknya. Dia tak layak disebutkan dengan wali.

Jika anda ingin mendapatkan wali yang sejati, mengembalikan kepada cahaya, maka sumbernya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah merakamkan dalam Quran surah ke-2 al-Baqarah ayat 257 :

ٱللَّهُ وَلِیُّ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ یُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ

“Allah Pelindung (Yang mengawal dan menolong) orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman).”

Anda memerlukan bimbingan, kembali pada Allah. Ingin petunjuk, kembalikan pada Allah. Bagaimana mengembalikan lisan supaya bertutur yang baik? Bagaimana mengembalikan mata supaya memandang yang baik sehingga muncul nilai-nilai kebaikan dalam jiwa kita yang membimbing tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik.

Sumber untuk mendapatkan petunjuk Allah melalui al-Quran. Diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ dengan sempurna, disampaikan kepada umat untuk mendidik keluar daripada kegelapan menuju cahaya-cahaya kebaikan. Sebab itu Nabi memberi jaminan dalam hadis, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (256 H) dari Abdur Rahman al-Sulami bersambung kepada Saidina ‘Uthman bin ‘Affan رضي الله تعالى عنه dan Saidina Ali bin Abi Thalib كرّم الله وجه , dari Nabi ﷺ, ia bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Yang terbaik di antara anda mahu mengaji al-Quran, mempelajarinya lantas mengamalkannya dalam kehidupan seharian.” HR. Al-Bukhari (5027)


Maka jaminannya langsung daripada Allah Azza wa Jalla dan diberikan bukti yang spesifik, al-Quran bukan diilustrasikan di zaman Romawi yang sudah maju, bukan diturunkan di Parsi yang sudah punya peradaban. Tetapi diturunkan di satu umat yang tidak punya peradaban, tidak punya etika yang sempurna, tidak punya pengetahuan yang mendalam snagat ketinggalan jauh sehinggakan disebut Jahiliyyah.

Bahkan jenis jenayahnya lengkap ada disitu. Penzina, pemabuk, pembunuh, semua profesional dalam hal itu. Dan tiap hari setiap detik tidak ada kehidupan Jahiliyyah kecuali dengan maksiat. Allah tidak turunkan tongkat Nabi Musa عليه السلام , tidak juga menurunkan mukjizat Nabi ‘Isa عليه السلام . Tetapi Allah menurunkan Al-Quran untuk memberi peringatan kepada manusia selepasnya. Apa yang terjadi pada para pemabuk? Mereka berubah menjadi orang-orang yang terbaik menunaikan solat. Para penzina berubah menjadi orang-orang terbaik yang gemar untuk menjadi dermawan dan semua berubah sehingga status Jahiliyyah bertransformasi kepada “Khayrul Ummah”.

Turunlah al-Quran surah ke-3 Ali ‘Imraan ayat 110:

كُنتُمۡ خَیۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ

“Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman).”

Yang tadinya mengajak kepada kemungkaran, dan menjauhkan kebaikan, turunnya Quran langsung berubah hobinya ajak kepada kebaikan dan menjauhkan segala kemungkaran. Sekarang hobinya banyak amar ma’ruf yang mungkar ditinggalkan. Itulah keindahan al-Quran.

Wallahua’lam. Sollu’alannabi.

#Just_say_Alhamdulillah
#sharing_Is_caring

Tiada ulasan:

Catat Ulasan